A. PROSES MANAJEMEN RESIKO
proses
manajemen risiko merupakan bagian yang penting dari manajemen risiko karena
merupakan penerapan atas prinsip dan kerangka kerja manajemen risiko yang telah
dibangun. Adapun proses manajemen risiko terdiri atas tiga proses utama, yaitu
penetapan konteks, penilaian risiko, dan penanganan risiko.
Penetapan
konteks manajemen risiko bertujuan untuk mengidentifikasi serta mengungkapkan
sasaran organisasi, lingkungan dimana sasaran hendak dicapai, stakeholders yang
berkepentingan, dan keberagaman kriteria risiko. Hal-hal tersebut akan membantu
untuk mengungkapkan dan menilai sifat dan kompleksitas dari risiko.
Penetapan
konteks manajemen risiko erat kaitannya dengan melakukan penetapan tujuan,
strategi, ruang lingkup dan parameter-parameter lain yang berhubungan dengan
proses pengelolaan risiko suatu perusahaan. Proses ini menunjukkan kaitan atau
hubungan antara permasalahan hal yang akan dikelola risikonya dengan lingkungan
perusahaan (eksternal & internal), proses manajemen risiko, dan ukuran atau
kriteria risiko yang hendak dijadikan standar.
Proses
kedua adalah penilaian risiko meliputi tahapan identifikasi risiko yang
bertujuan untuk mengidentifikasi risiko-risiko yang dapat memengaruhi
pencapaian sasaran organisasi. Berdasarkan risiko-risiko yang telah
teridentifikasi dapat disusun sebuah daftar risiko untuk kemudian dilakukan
pengukuran risiko untuk melihat tingkatan risiko.
Proses
pengukuran risiko berupa analisis risiko yang bertujuan untuk menganalisis kemungkinan
dan dampak dari risiko yang telah diindentifikasi. Hasil pengukuran berupa
status risiko yang menunjukkan ukuran tingkatan risiko dan peta risiko yang
merupakan gambaran sebaran risiko dalam suatu peta. Tahapan lainnya dalam
penilaian risiko adalah evaluasi risiko yang ditujukkan untuk membandingkan
hasil analisis risiko dengan kriteria risiko yang telah ditentukan untuk
dijadikan sebagai dasar penerapan penanganan risiko.
Proses
ketiga dalam proses manajemen risiko adalah penanganan risiko yang berupa
perencanaan atas mitigasi risiko-risiko untuk mendapatkan alternatif solusinya
sehingga penanganan risiko dapat diterapkan secara efektif dan efisien.
Beberapa alternatif penangangan risiko yang dapat diambil antara lain yang
bertujuan untuk menghindari risiko, memitigasi risiko untuk mengurangi
kemungkinan atau dampak, mentransfer risiko kepada pihak ketiga (risk
sharing) dan menerima risiko (risk acceptance).
Pada
akhirnya, ketiga proses tersebut disertai dengan dua proses pendukung lainnya
yaitu komunikasi dan konsultasi, untuk menjamin tersedianya dukungan yang
memadai dari setiap kegiatan manajamen risiko, dan menjadikan setiap kegiatan
mencapai sasarannya dengan tepat.Proses lainnya adalah monitoring dan review
yang bertujuan untuk memastikan bahwa implementasi manajemen risiko
berjalan sesuai dengan perencanaan serta sebagai dasar untuk melakukan
perbaikan secara berkala terhadap proses manajemen risiko.
Proses Monitoring
dan Review dilaksanakan melalui evaluasi dan pemeriksaan terhadap
proses bisnis yang berjalan, serta dengan audit manajemen risiko.
Dalam hal
ini, audit manajemen risiko dapat dilaksanakan baik melalui audit internal
maupun eksternal sehingga dapat diketahui apa sajakah kelemahan dari kebijakan
manajemen risiko yang berjalan atau yang sudah disusun, sehingga ke depannya
manajemen dapat melaklukan pembaharuan terhadapan kebijakan manajemen risiko.
Masukan tersebut bertujuan untuk meningkatkan fungsi manajemen risiko dalam
bentuk seperti pembaharuan atas daftar risiko yang terindetifikasi, tingkat
kemungkinan dan dampak dari risiko tersebut serta tindakan pengendalian serta
sistem monitor yang sesuai untuk kebutuhan organisasi dalam mencapai tujuan
perusahaan.
Proses
pendukung lainnya dalam penerapan manajemen risiko adalah komunikasi kepada
manajemen dan unit-unit kerja perusahaan sehingga setiap individu dalam
perusahaan memahami atas kesadaran risiko, budaya risiko, kematangan risiko.
Proses komunikasi ini dilaksanakan sebagai upaya untuk mengukur kesiapan
organisasi dalam mengatasi risiko dan untuk mengevaluasi penerapan manajemen
risiko tersebut.
Diharapkan
dengan adanya fungsi manajemen risiko yang terkelola dengan baik di setiap unit
kerja, dapat mendukung penerapan Good Corporate Governance di dalam
perusahaan secara keseluruhan. Karena sejatinya fungsi manajemen risiko
bertujuan untuk mendorong dan mendukung pengembangan, pengelolaan risiko usaha
perusahaan dengan penerapan prinsip kehati-hatian, akuntabilitas, dan
bertanggung jawab sejalan dengan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan.
B.
LANGKAH – LANGKAH DALAM PROSES MANAJEMEN RISIKO
Manajemen risiko dibuat guna untuk
melindungi suatu perusahaan atau organisasi yang juga mencakup karyawan,
properti, reputasi dan lainnya dari sebuah bahaya yang sewaktu – waktu dapat
terjadi. Dapat kita ketahui bahwa tidak semua risiko dapat dihilangkan atau
dihindari, oleh karena itu diperlukan tindakan – tindakan pencegahan atau
tindakan untuk menghadapi risiko yang telah teridentifikasi tersebut. Dalam
artikel ini akan dijelaskan beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam proses
manajemen risiko untuk membantu organisasi merancang dan mengimplementasikan
rencana manajemen risiko yang efektif dan proaktif. Berikut adalah langkah –
langkah yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Risk Identification
Langkah pertama yang dilakukan
adalah mengidentifikasi kemungkinan risiko yang dapat terjadi pada organisasi
atau perusahaan. Ini bertujuan untuk mengetahui keadaan yang akan dihadapi oleh
organisasi atau perusahaan tersebut dalam berbagai aspek seperti sosial, hukum,
ekonomi, produk/jasa, pasar, dan teknologi yang ada. Risiko dari setiap aspek
akan diklasifikasikan menurut kategorinya masing – masing agar mempermudah
proses selanjutnya.
2. Risk Assessment
Setelah risiko telah diidentifikasi
pada perusahaan atau organisasi tersebut, selanjutnya akan dinilai potensi
keparahan kerugian dan kemungkinan terjadinya. Dalam hal ini, diperlukan
kemampuan individu disetiap bidangnya untuk memberikan penilaian terhadap
risiko – risiko yang telah diidentifikasi. Tujuannya adalah agar setiap risiko
berada pada prioritas yang tepat.
3. Risk Response
Proses ini dilakukan untuk memilih
dan menerapkan langkah – langkah pengelolaan risiko. Tantangan bagi manajer
risiko adalah untuk menentukan portofolio yang tepat untuk membentuk sebuah
strategi yang terintegrasi sehingga risiko dapat dihadapi dengan baik.
Tanggapan risiko umumnya terbagi dalam kategori seperti berikut:
a) Risk Avoidance,Mengambil tindakan
untuk menghentikan kegiatan yang dapat menyebabkan risiko terjadi
b) Risk Reduction,Mengambil tindakan
untuk mengurangi kemungkinan atau dampak atau keduanya, biasanya melalui
pengandalian di bagian internal perusahaan/organisasi
c) Risk Sharing or Transfer,Mengambil
tindakan untuk mentransfer beberapa risiko melalui asuransi, outsourcing atau
hedging.
d) Risk Acceptence,Tidak mengambil
tindakan apapun untuk menganggulangi risiko, melainkan menerima risiko tersebut
terjadi.
e) Create a Risk Management Plan,Membuat
penanggulangan risiko yang tepat untuk setiap masing – masing kategori risiko.
Mitigasi perlu mendapat persetujuan oleh level manajemen yang sesuai, berikut
adalah contoh tabel manajemen risiko:
4. Implementation
Melaksanakan seluruh metode yang
telah direncanakan untuk mengurangi atau menanggulangi pengaruh dari setiap
risiko yang ada.
5. Evaluate and Review
Perencanaan yang telah direncanakan
di awal tidak akan seluruhnya dapat berjalan dengan lancar. Perubahan keadaan
atau lingkungan yang tidak diprediksi sebelumnya akan menyebabkan perubahan
rencana manajemen risiko yang telah dibuat, oleh karena itu perlu dilakukan
perubahan rencana untuk menanggulangi risiko yang akan mungkin terjadi.
C. KOMPONEN
MANAJEMEN RISIKO
1. Lingkungan
Internal (Internal Environment),Komponen ini adalah sikap manajemen di semu level terhadap
operasi secara umum dan konsep kontrol khusus. Mencakup etika, kompetensi,
serta integritas dan kepentingan terhadap kesejahteraan organisasi.
Mengidentifikasi kondisi internal perusahaan, meliputi kekuatan dan
kelemahannya serta pandangan entitas terhadap risiko dan manajemen risiko.
2. Penentuan Sasaran
(Objective Setting),Perusahaan
menetapkan tujuan operasional sebagai dasar untuk mengidentifikasi dan
mengelola segala risiko. Sasaran dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Strategic Objective : fokus pada upaya realisasi visi
dan misi.
b) Activity Objective : fokus pada kegiatan operasional,
reportasi, dan kompliansi.
Sasaran kegiatan manajemen risiko harus sejalan dengan sasaran dari perusahaan, serta konsisten dengan risk appetite perusahaan.
Sasaran kegiatan manajemen risiko harus sejalan dengan sasaran dari perusahaan, serta konsisten dengan risk appetite perusahaan.
3. Identifikasi
Peristiwa (Event Identification),Manajemen melakukan identifikasi terhadap berbagai kejadian
potensial yang berpengaruh pada strategi dan pencapaian tujuan perusahaan.
Kejadian internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran
perusahaan harus diidentifikasi, meliputi risiko dengan kesempatan yang dapat
muncul.
4.
Penilaian Risiko (Risk Assessment),Memungkinkan sebuah organisasi
untuk menilai sebuah kejadian atau keadaan dan kaitannya dengan pencapaian
tujuan organisasi. Manajemen perlu melakukan analisis mengenai dampak yang
mungkin terjadi akibat resiko dengan 2 perspektif, yaitu :
a) Likelihood (kecenderungan/peluang)
b) Impact/consequence (besaran dari realisasi risiko)
5.
Tanggapan Risiko (Risk Response),Manajemen melakukan penilaian
terhadap risiko, menentukan sikap atau respon terhadap risiko tersebut. Respon
dari manajemen tergantung risiko apa yang dihadapi.
Respon atau tanggapan tersebut bisa dalam bentuk :
Respon atau tanggapan tersebut bisa dalam bentuk :
a) Menghindari risiko (avoidance)
b) Mengurangi risiko (reduction)
c) Memindahkan risiko (sharing)
d) Menerima risiko (acceptance)
6.
Aktivitas Pengendalian (Control Activities),Penyusunan prosedur dan kebijakan
yang membantu memastikan bahwa respon terhadap risiko yang dipilih memadai dan terlaksana
dengan baik.Aktivitas ini meliputi :
a) Pembuatan kebijakan dan prosedur
b) Delegasi wewenang
c) Pengamanan kekayaan perusahaan
d) Pemisahan fungsi
e) Supervisi
7.
Informasi dan Komunikasi (Informationand Communication),Aktivitas ini berfous pada
identifikasi informasi dan menyampaikannya kepada pihak terkait melalui media
komunikasi. Informasi yang relevan diidentifikasi, diperoleh, dan
dikomunikasikan dalam bentuk dan waktu yang tepat agar personil dapat melakukan
tanggung jawabnya dengan baik.
8.
Pemantauan (Monitoring),Monitoring adalah komponen
terakhir dalam manajemen risiko. Proses pemantauan dilakukan secara terus
menerus untuk memastikan setiap komponen lainnya berfungsi sebagaimana
mestinya. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses monitoring adalah
pelaporan yang tidak lengkap atau berlebihan.
Risiko
Istilah (risk) risiko memiliki berbagai definisi. Risiko
dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam
pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Vaughan (1978) mengemukakan beberapa
definisi risiko sebagai berikut :
è Risk is the chance of loss (Risiko adalah kans kerugian).
Chance of loss berhubungan dengan suatu exposure (keterbukaan)
terhadap kemungkinan kerugian. Dalam ilmu statistik, chance dipergunakan
untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu.
Sebagian penulis menolak definisi ini karena terdapat perbedaan antara tingkat
risiko dengan tingkat kerugian. Dalam hal chance of loss 100%, berarti
kerugian adalah pasti sehingga risiko tidak ada.
è Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian).
Istilah possibility berarti bahwa probabilitas
sesuatu peristiwa berada diantara nol dan satu. Namun, definisi ini kurang
cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif.
è Risk is uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian).
Uncertainty dapat bersifat subjective dan objective. Subjective
uncertainty merupakan penilaian individu terhadap situasi risiko yang
didasarkan pada pengetahuan dan sikap individu yang bersangkutan. Objective
uncertainty akan dijelaskan pada dua definisi risiko berikut.
è Risk is the dispersion of actual
from expected results
(Risiko merupakan penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan).
Ahli statistik mendefinisikan risiko sebagai derajat
penyimpangan sesuatu nilai disekitar suatu posisi sentral atau di sekitar titik
rata-rata.
è Risk is the probability of any
outcome different from the one expected (Risiko adalah probabilitas sesuatu outcome berbeda
dengan outcome yang diharapkan).
Menurut definisi di atas, risiko bukan probabilita dari
suatu kejadian tunggal, tetapi probabilita dari beberapa outcome yang berbeda
dari yang diharapkan.
Dari berbagai definisi diatas, risiko dihubungkan dengan
kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau
tidak terduga. Dengan kata lain, kemungkinan itu sudah menunjukkan adanya
ketidakpastian. Atau juga bisa disebut ketidakpastian tentang kejadian di masa
depan.
Sedangkan manajemen risiko adalah upaya-upaya dalam bentuk aturan
maupun tindakan yang ditujukan untuk mengoptimalkan (meminimalisir) risiko atas
suatu portfolio sesuai dengan Kebijakan Investasi masing-masing dana kelolaan.
Penerapan sistem manajemen risiko mengacu pada peraturan serta ketentuan yang
tertuang dalam kebijakan perusahaan.
Risiko dapat dikategorikan ke dalam dua bentuk :
- risiko spekulatif, dan
- risiko murni.
Risiko
spekulatif
Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan
yang dapat memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian.
Risiko spekulatif kadang-kadang dikenal pula dengan
istilah risiko bisnis(business risk). Seseorang yang
menginvestasikan dananya disuatu tempat menghadapi dua kemungkinan. Kemungkinan
pertama investasinya menguntungkan atau malah investasinya merugikan. Risiko
yang dihadapi seperti ini adalah risiko spekulatif. Risiko spekulatif adalah
suatu keadaan yang dihadapi yang dapat memberikan keuntungan dan juga dapat
menimbulkan kerugian.
Risiko murni
Risiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat
berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan.
Salah satu contoh adalah kebakaran, apabila perusahaan menderita kebakaran,maka
perusahaan tersebut akan menderita kerugian. kemungkinan yang lain adalah tidak
terjadi kebakaran. Dengan demikian, kebakaran hanya menimbulkan kerugian, bukan
menimbulkan keuntungan, kecuali ada kesengajaan untuk membakar dengan
maksud-maksud tertentu. Risiko murni adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat
merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah
satu cara menghindarkan risiko murni adalah dengan asuransi. Dengan demikian
besarnya kerugian dapat diminimalkan. itu sebabnya risiko murni kadang dikenal
dengan istilah risiko yang dapat diasuransikan ( insurable risk ).
Perbedaan utama antara risiko spekulatif dengan risiko
murni adalah kemungkinan untung ada atau tidak, untuk risiko spekulatif masih
terdapat kemungkinan untung sedangkan untuk risiko murni tidak dapat
kemungkinan untung.
2.2
Manajemen Risiko dan Proses Manajemen Risko
Manajemen risiko adalah suatu proses mengidentifikasi,
mengukur risiko, serta membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber
daya yang tersedia. Manajemen risiko
bertujuan untuk mengelola risiko tersebut sehinga kita dapat memperoleh hasil
yang optimal. Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses-proses
berikut ini :
1. Identifikasi Risiko
Proses
ini meliputi identifikasi risiko yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas
usaha. Identifikasi risiko secara akurat dan komplet sangatlah vital dalam
manajemen risiko. Salah satu aspek penting dalam identifikasi risiko adalah
mendaftar risiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin. Teknik-teknik yang
dapat digunakan dalam identifikasi risiko antara lain:
· Brainstorming
· Survei
· Wawancara
· Informasi historis
· Kelompok kerja, dll.
2. Analisa Risiko
Setelah
melakukan identifikasi risiko, maka tahap berikutnya adalah pengukuran risiko
dengan cara melihat potensial terjadinya seberapa besar severity (kerusakan)
dan probabilitas terjadinya risiko tersebut. Penentuan probabilitas terjadinya
suatu event sangatlah subyektif dan lebih berdasarkan nalar dan pengalaman.
Beberapa risiko memang mudah untuk diukur, namun sangatlah sulit untuk
memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang terjadi. Sehingga,
pada tahap ini sangtalah penting untuk menentukan dugaan yang terbaik supaya
nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam implementasi perencanaan
manajemen risiko. Kesulitan dalam pengukuran risiko adalah menentukan
kemungkinan terjadi suatu risiko karena informasi statistik tidak selalu
tersedia untuk beberapa risiko tertentu. Selain itu, mengevaluasi dampak
severity (kerusakan) seringkali cukup sulit untuk asset immateriil.
3.
Pengelolaan risiko
Jenis-jenis cara mengelola risiko:
a.
Risk avoidance
Yaitu
memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung risiko sama sekali.
Dalam memutuskan untuk melakukannya, maka harus dipertimbangkan potensial
keuntungan dan potensial kerugian yang dihasilkan oleh suatu aktivitas.
b. Risk reduction
Risk reduction atau disebut juga
risk mitigation yaitu merupakan metode yang mengurangi kemungkinan terjadinya
suatu risiko ataupun mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu
risiko.
c.
Risk transfer
Yaitu memindahkan risiko kepada
pihak lain, umumnya melalui suatu kontrak
(asuransi) maupun hedging.
d. Risk deferral
Dampak suatu risiko tidak selalu
konstan. Risk deferral meliputi menunda aspek
suatu proyek hingga saat dimana probabilitas terjadinya
risiko tersebut kecil.
e.
Risk retention
Walaupun risiko tertentu dapat
dihilangkan dengan cara mengurnagi maupun
mentransfernya, namun beberapa risiko harus tetap diterima
sebagai bagian penting dari aktivitas.
4. Implementasi Manajemen Risiko
Setelah memilih respon yang akan
digunakan untuk menangani risiko, maka saatnya untuk mengimplementasikan metode
yang telah direncanakan tersebut.
5.
Monitoring Risiko
Mengidentifikasi,
menganalisa dan merencanakan suatu risiko merupakan bagian penting dalam
perencanaan suatu proyek. Namun, manajemen risiko tidaklah berhenti sampai
disana saja. Praktek, pengalaman dan terjadinya kerugian akan membutuhkan suatu
perubahan dalam rencana dan keputusan mengenai penanganan suatu risiko.
Sangatlah penting untuk selalu memonitor proses dari awal mulai dari
identifikasi risiko dan pengukuran risiko untuk mengetahui keefektifan respon
yang telah dipilih dan untuk mengidentifikasi adanya risiko yang baru maupun
berubah. Sehingga, ketika suatu risiko terjadi maka respon yang dipilih akan
sesuai dan diimplementasikan secara efektif.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Risiko ada dimana mana , bisa datang kapan saja, dan sulit
dihindari. Jika risiko itu menimpa suatu organisasi, maka organisasi tersebut
bisa mengalami kerugaian yang signifikan. Dalam beberapa situasi, risiko
tersebut bisa mengakibatkan kehancuran organisasi tersebut. Maka risiko perku
di kelola dengan baik untuk meminimalisir risiko. Adapun proses manejemen
risiko adalah :
1. Identifikasi risiko
2. Analisa risiko
3. Pengelolaadn risiko
4. Implementasi risiko
5. Monotoring risiko
Risiko sendiri memiliki berbagai definisi. Namun secara
garis besar risiko adalah berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena
kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi.
Sesuatu yang tidak pasti (uncertain)
dapat berakibat menguntungkan atau merugikan.menurut Wideman, ketidak pastian
yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (Opportunity),
sedangkan ketidak pastian yang menimbulkan akibat yang merugikan dikenal dengan
istilah risiko (Risk).
Komentar
Posting Komentar